Malam tadi, salah satu akun portal berita online yang saya ikuti di Instagram membagikan video Tik Tok yang kurang lebih berbunyi, “Kalau perempuan itu selingkuh tidak apa-apa, mungkin khilaf. Tetapi kalau laki-laki selingkuh itu salah, tidak dapat dimaafkan. Karena, laki-laki tempatnya salah dan dosa, kalau perempuan itu khilaf.” Guyonan tersebut masih berlanjut di kolom caption yang menyebut bahwa, “Pasal 1 perempuan selalu benar. Pasal 2 jika perempuan salah kembali ke pasal satu.”
Pikiran saya saat melihat unggahan tersebut adalah; SERIOUSLY? Ini beneran, ada orang yang cara kerja otaknya begini? Apakah ini kebodohan yang tidak terbatas, atau hanya sebuah joke yang tidak lucu?
Tetapi, setelah saya ingat-ingat kembali, pernyataan-pernyataan klasik yang menggambarkan (yang katanya) sifat perempuan semacam ini, tentu sangat santer kita dengar, bukan? Entah itu dalam film popoler baik komedi maupun kisah cinta, dalam meme yang bertebaran di media sosial, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bagaimana, apakah kalian juga sudah ingat? Ah, lagi-lagi saya
teringat dengan lelucon semacam ini. Suatu malam, saya dan teman-teman sedang
mengobrol asik di salah satu Warung Kopi di Purwokerto, dalam obrolan tersebut
tiba-tiba teman saya, sebut saja Ali berdebat dengan teman saya lainnya yang namanya
Ani. Lama-lama debat ini menjadi debat sengit, karena keduanya mulai
menggunakan urat bakso. Tetapi, tiba-tiba perdebatan ini langsung selesai begitu saja
ketika Ali bilang, “Iya deh terserah, cewek kan selalu benar.”
Mirisnya, bukannya tersinggung, reaksi Ani saat mendengar hal itu malah tertawa bangga sambil berkata, “Makanya, jadi cowok jangan berani-berani sama cewek.” Seketika saya speechless, kalau saya jadi Ani pasti bakal kesel banget, dong. Susah-susah bangun argumen, eh malah dijawab kayagitu. Ah, sial! (batinku). Karena, setangkap saya dari pernyataan “perempuan selalu benar,” itu bermakna sarkasme, ya semacam cemoohan atau ejekan kasar. Tetapi, herannya kok masih banyak saja perempuan yang mengamini pernyataan ini. Bahkan, tidak jarang juga yang menganggapnya semacam sebuah keuntungan atau privilege sebagai seorang perempuan.
Menurut saya, apabila pernyataan “perempuan selalu benar,” masih saja dianggap sebagai hal lumrah, tentu hal tersebut akan menutup setiap ruang diskusi yang ada. Seakan-akan percuma saja berbicara panjang lebar dengan perempuan, karena menurutnya perempuan makhluk emosional, penuh perasaan dan ingin selalu dimengerti. Jadi, laki-laki yang memiliki sifat sebaliknya, “baiknya langsung mengalah saja.”
Tetapi faktanya, apakah perempuan memang selalu benar? Wooo, cangkemmu. Yang ada malah sebaliknya! Nih, saya kasih contohnya.
Pertama, dalam sebuah rumah tangga. Apabila perempuan atau seorang istri tetap bekerja menjadi wanita karir, namun sang suami melarangnya dengan dalih agar fokus mengurus pekerjaan rumah saja, padahal sang istri mampu menyeimbangkan antara pekerjaan domestik dan publik, tentu dia akan tetap dicap sebagai istri yang tidak patuh terhadap suami, bukan?
Kedua, dalam sebuah keluarga. Ketika anak perempuan lebih memilih mengutamakan pendidikan sehingga menolak perjodohan dari orang tuanya, maka anak tersebut akan digolongkan menjadi anak durhaka, bukan?
Ketiga, perempuan korban pelecahan seksual. Meskipun statusnya adalah korban, tetapi mereka tidak terlepas dari penghakiman masyarakat, bukan? Di mana, masyarakat selalu menyalahkan perempuan karena tidak menggunakan pakaian tertutup, keluar malam hari, berjalan sendirian dan lain sebagainya.
Padahal, dari hasil survey beberapa lembaga seperti, (Hollaback Jakarta, perEMPUan, Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta dan Change.org Indonesia.) Menyatakan, bahwa terkait pelecehan seksual yang dialami perempuan, faktanya tidak seperti yang ditudingkan oleh kebanyakan orang. Di mana, perempuan yang menjadi korban tersebut tidak menggunakan pakaian yang terbuka melainkan menggunakan pakaian tertutup bahkan berhijab, kemudian antara waktu kejadian dan berjalan sendirian atau tidak itu sama sekali tidak mempengaruhi niat pelaku untuk melakukan pelecehan seksual.
Jadi, dari ketiga contoh tersebut, tolong jelaskan pada saya di bagian mana yang (katanya) “perempuan selalu benar?” Karena, kenyataanya perempuan selalu disalahkan, bukan? Hello, girls! Yuk, stop mengamini pernyataan manis namun penuh kebohongan semacam ini.
Penulis: Wilujeng Nurani
Editor: Yolanda Eka Safitri
0 komentar